masyarakat Jepang di salah satu aksi di jalan |
"Bila penurunan jumlah ini berlangsung terus, maka kita akan merayakan Hari Anak pada 5 Mei 3011 sebagai hari libur nasional, sebab nanti hanya akan ada satu orang anak. Lalu 100 detik kemudian, takkan ada anak yang tersisa," kata Profesor Hiroshi Yoshida di Tohoku University.
Menurutnya, kecenderungan secara keseluruhan tersebut menuju kepada kepunahan, yang berawal pada 1975, ketika angka kesuburan di Jepang anjlok di bawah dua. Yoshida menciptakan jam penduduk ini untuk mendorong pembahasan mendesak dan serius terhadap masalah tersebut.
Studi lain di awal tahun ini memperlihatkan, dalam kurun waktu satu abad, penduduk Jepang diperkirakan menyusut menjadi sepertiga dari jumlah penduduk yang ada pada saat ini, sebesar 127,7 juta jiwa. Bahkan proyeksi pemerintah memperlihatkan angka kelahiran hanya akan mencapai 1,35 anak per satu perempuan dalam waktu 50 tahun.
Sedangkan harapan hidup orang hidup Jepang yang selama ini sudah dikenal sebagai salah satu yang tertinggi di dunia, diperkirakan akan naik, bagi perempuan dari 86,39 tahun pada 2010 jadi 90,93 tahun pada 2060, dan bagi laki-laki dari 79,64 tahun jadi 84,19.
Kini, lebih dari 20 persen penduduk Jepang berusia 65 tahun atau lebih, dan termasuk sebagai salah satu negara dengan orang berusia lanjut paling tinggi di dunia. Tapi fakta ini tak selamanya buruk karena bisa menguntungkan bagi pihak-pihak tertentu.
Bagi sebagian perusahaan Jepang, terbaliknya piramida usia tradisional memberi peluang komersial. Unicharm mengatakan penjualan popok dewasanya sedikit telah melampaui penjualan popok untuk bayi dalam tahun fiskal sampai Maret 2012. Ini adalah pencapaian pertama kali, sejak perusahaan itu memasuki pasar kalangan dewasa.
Perusahaan tersebut mulai menjual popok bayi pada 1981 dan popok dewasa pada 1987, kata juru bicara Unicharm, Kazuya Kondo. Namun sayang, Kazuya tak bersedia menyebutkan, berapa jumlah sesungguhnya dari popok dewasa yang berhasil dijualnya saat ini.
Post a Comment